Sebelumnya aku mengucapkan Minal Aidzin Wal Faidzin, mohon maaf lahir dan batin. Bagaimana dengan acara pulang kampungnya rek?, macet tidak perjalanannya. Sudah ketemu orangtua yang ada dikampung. Sudah minta maaf sama mereka berdua. Sudah makan ketupat berapa piring?.
Kalau aku tidak pulang kampung, karena dari kecil sampai besar tinggal di Surabaya. Bahkan Ayah dan Ibuku adalah asli orang Surabaya. Jadi dari dulu aku tidak mengenal yang namanaya pulang kampung. Bukan sombong atau durhaka, tetapi memang tidak punya kampung, hehe.
Pintu Gerbang Kya-Kya
Kali ini akan membahas Kya-Kya Kembang Jepun Surabaya. Kya-Kya dalam bahasa Mandarin yang diartikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi jalan-jalan. Seperti artinya Kya-Kya adalah tempat untuk jalan-jalan dan hangout. Memang daerah Kembang Jepun ini adalah dulunya orang etnis Tionghoa. Kenapa bisa begitu?.
Jadi begini ceritanya, pada zaman penjajahan Belanda. Belanda membagi kawasan Surabaya menjadi 3 bagian besar dengan pembagi utama jalan Kembang Jepun dan Kalimas. Sungai kalimas dibagi menjadi 2 bagian yaitu Kalimas Barat dan Kalimas Timur. Kalimas Barat dihuni oleh orang-orang Eropa (kebanyakan dihuni bangsa Belanda) dan kawasan orang-orang Asia menghuni Kalimas Timur. Kalimas Timur pun dibagi menjadi 2 bagian lagi oleh Belanda. Yaitu kawasan Utara yang dihuni oleh etnis Arab dan Melayu. Dan kawasan Selatan dihuni oleh orang-orang Tionghoa.
Pembatas kawasan ini adalah Kembang Jepun yang saat itu bernama Handelsreat. Handel artinya perdagangan dan Sreat atau Straat artinya jalan. Jadi Handelsterat adalah jalan atau kawasan yang digunakan untuk perdagangan. Lalu bagaimana nama Handelstreat menjadi Kembang Jepun?.
Jadi begini ceritanya. Pada masa penjajahan Jepang (Indonesia dijajah oleh 2 penjajah bergantian yaitu Belanda dahulu lalu Jepang). Di kawasan Kembang Jepun itu dulunya adalah tempat senang-senang dan foya-foya atau dikenal sekarang dengan sebutan Dugem (Dunia Gemerlap) yang sangat fenomenal. Dan juga pada saat itu, Bangsa Jepang sering juga menjadikan kawasan itu untuk hangout atau kumpul bersama. Dengan kembang-kembangnya atau kata lainnya gadis-gadis yang setia menghibur serdadu-serdadu Jepang yang saat itu lazim dengan nama Jepun. Jadi Kembang Jepun adalah tempat serdadu Jepang untuk menikmati malam bersama gadis-gadis atau kembang-kembang.
KYA-KYA KEMBANG JEPUN DULUNYA ADALAH PASAR MALAM
Tahun 2003 Ketika Dijadikan Tempat Wisata
Pusat Kya-Kya ini dirancang pada jalan sepanjang 730 Meter, lebar 20 Meter, menampung 200 pedagang (Makanan dan non makanan) 2.000 kursi dan 500 meja makan. Kya-Kya dibangun karena masyarakat Surabaya menginginkan tempat wisata seperti Malioboro yang ada di Jogjakarta. Lalu dibuatkanlah oleh pemerintah Surabaya bekerjasama dengan pimpinan Redaksi Koran ternama di Surabaya.
Kya-Kya resmi diwujudkan dan dibuka tanggal 31 Mei 2003 yang bertepatan dengan Hari Jadi Kota Surabaya. Banyak aneka makanan yang dijual mulai makanan khas daerah Surabaya, daerah Jawa Timur, Makanan khas Arab dan makanan khas Tiongkok. Bukan itu saja ada pertunjukkan keren juga untuk menghibur pengunjung yang datang. Seperti pengamen jalanan, musik keroncong, musik klasik khas Tiongkok, Tari Remo, Barongsai dan masih banyak lagi.
Tapi lama-lama tempat Kya-Kya kembang Jepun menjadi sepi dan akhirnya pada 31 Mei 2008 ditutup untuk dijadikan jalan raya saja. Banyak faktor Kya-Kya menjadi sepi dan kemungkinannya adalah harga makanan yang dijual relatif mahal, parkir yang digunakan satu titik sehingga pengunjung berjalan lumayan jauh, tidak ada atap yeng menutupi sehingga kalau musim hujan terkena hujan dan lain sebagainya. Sehingga Kya-Kya yang dulu ramai orang dan musik sekarang menjadi kota mati.
TETAPI PADA JAM-JAM AKTIVITAS MANUSIA, KYA-KYA TETAP RAMAI
Sebenarnya Kya-Kya kembang Jepun Surabaya ini adalah tempat grosir, perkantoran dan perbankan. Jadi pada waktu pagi sampai sore hari, Kya-Kya Kembang Jepun sangat ramai dan penuh dengan aktivitas manusia.
Tapi apabila malam datang, jangan harap ada keramaian seperti pagi, siang dan sore hari di kawasan ini. Yang ada hanya kesunyian seperti kota mati. Kendaraan yang lewat pun juga tak seramai siang hari. Karena toko-toko, perkantoran dan perbankan sudah tutup sehingga wajar kalau sepi tidak ada aktivitas.
BANGUNAN KYA-KYA KEMBANG JEPUN ADALAH BANGUNAN TUA YANG MEMPUNYAI ARSITEKTUR KHAS
Salah Satu Bangunan Tua Yang Ada Di Kembang Jepun
Semua bangunan atau gedung di Kya-Kya Kembang Jepun Surabaya adalah bangunan tua. Wajar sih kalau menurutku, karena dulu kan di Indonesia dijajah bangsa Belanda dan Jepang. Sehingga bangunan-bangunannya masih berkarakter Jepang maupun Belanda.
Sebenarnya sayang, apabila ada sebuah peninggalan bangunan lama tetapi hanya dibiarkan saja dan tidak terurus oleh Pemerintah Daerah. Itu bisa menjadi sebuah potensi tempat wisata baru bagi kota Surabaya apabila ditata ulang dan dirawat. Mungkin bisa seperti Kota Tua yang ada di Kota Jakarta atau Kota Tua lainnya yang ada di Dunia.
Ya semoga Pemerintah Surabaya mempunyai program untuk menghidupkan lagi Kya-Kya Kembang Jepun ini. Bisa dikonsep seperti tahun 2003 yaitu seperti bazar tapi ada pertunjukkan kesenian atau dikonsep seperti Kota Tua Jakarta yaitu berjalan-jalan dan berfoto-foto di Kota Tua.
Atau mungkin digabung kedua konsep tersebut. Jadi bisa jalan-jalan dan berfoto-foto menikmati keindahan Kota Tua juga bisa menikmati kuliner khas Surabaya maupun kuliner lainnya sambil menikmati keseniannya juga, hehe.
Ya sudah rek.
Wassalam.